GOCAP: Pagelaran Budaya dan Pameran UMKM, Aksi Nyata Anak Muda Lestarikan Budaya Bangsa

POLITITUDE – Budaya Betawi melampaui sekadar pakaian, kuliner, atau serangkaian upacara sakral. Lebih dari itu, ia adalah cerminan dari cara hidup yang mengedepankan kesederhanaan, keterbukaan, dan upaya untuk menjaga adat istiadat tetap relevan dalam keseharian.

Dalam rangka untuk melestarikan warisan budaya bangsa yang kian tergerus oleh pengaruh asing, mahasiswa Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta menggelar acara GOCAP: Pagelaran Budaya dan Pameran UMKM pada Minggu, 29 Juni.

GOCAP sendiri merupakan akronim dari Gerakan Ornamen, Citra, Adat, dan Pusaka Betawi, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk merawat dan mempromosikan kekayaan Betawi.

Acara ini diawali dengan konferensi pers yang dihadiri oleh figur-figur penting, antara lain Dr. Joe Harianto Setiawan (Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi LSPR), Hj. Yusriah Dzinnun, S.Pd (Ketua Korwil FBR Jakarta Utara), Depika Romadi (Camat Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara), dan Mochammad Fachrizal selaku Ketua Pelaksana GOCAP.

Dalam presentasinya, Mochammad Fachrizal menjelaskan beberapa alasan utama di balik penyelenggaraan GOCAP.

“Kami melihat, Budaya Betawi ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan disebarluaskan ke masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, GOCAP juga lahir dari keprihatinan mendalam. “Apakah Budaya Betawi masih ada di generasi muda saat ini? Mengingat di zaman globalisasi yang membuat masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi, budaya-budaya asing terus dikonsumsi sehari-hari,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa media sosial memegang peran krusial dalam pelestarian budaya Betawi, karena informasi yang disebarkan melalui platform ini dapat menjangkau khalayak yang lebih luas.

Keterbukaan Budaya Betawi dan Tantangan Modernisasi

Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi LSPR, Dr. Joe Harianto Setiawan, menyoroti salah satu ciri khas unik Budaya Betawi keterbukaannya terhadap hal-hal baru.

“Kalau kita lihat dan perhatikan, Budaya Betawi ini selalu terbuka kepada siapapun. Orang-orang asli Betawi adalah orang yang open minded,” tegasnya.

Acara yang digagas mahasiswa LSPR ini mendapat sambutan hangat, khususnya dari warga Kampung Budaya Betawi, Sukapura.

“Kami sangat mengapresiasi acara GOCAP ini. Menurut kami, acara seperti ini sangat membantu kami dalam upaya untuk melestarikan Kebudayaan Betawi,” jelas Hj. Yusriah Dzinnun, S.Pd.

Ia juga mengungkapkan bahwa Kampung Budaya Betawi, Sukapura, telah aktif menjalankan berbagai kegiatan pelestarian selama kurang lebih 17 bulan.

Camat Cilincing, Depika Romadi, menambahkan bahwa meskipun Budaya Betawi sejatinya adalah “tuan rumah di tanah sendiri”, ia menghadapi tantangan besar, terutama akibat pembangunan.

“Dulu di sekitar Bundaran HI, di sekitar Monas banyak kampung-kampung asli Betawi. Namun, adanya pembangunan dan penggusuran dari pemerintah membuat masyarakat asli Betawi harus pindah,” jelasnya.

Perpindahan tersebut bahkan hingga ke pinggiran Jakarta dan keharusan berbaur dengan pendatang, berpotensi mengikis identitas budaya Betawi secara perlahan.

Di akhir konferensi pers, Camat Cilincing menyerukan kepada generasi muda untuk terus mencintai dan melestarikan budaya asli Indonesia, khususnya Budaya Betawi di tengah arus globalisasi.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top